Pada dasarnya manusia memiliki potensi baik dan buruk. Ketika potensi buruk mendominasi diri manusia, maka manusia tersebut telah menjadi SETAN, begitu pula dengan JIN, sama saja. JIN yang berkarakter buruk dialah SETAN ghaib.
Adapaun JIN, ia tidak akan pernah bisa merubah dirinya menjadi sebuah wujud, terkecuali ia hanya mampu berubah menjadi seekor ular kobra hitam, tapi perubahan wujud tersebut harus ditempuh melalui proses yg melelahkan bagi JIN. JIN dapat mengganggu manusia ketika tidur dengan cara memberi mimpi buruk, ketindihan, gigi berbunyi cekot-cekot sewaktu tidur, dan merasuki tubuh manusia.
Setan tidak eksis sebagai sebuah entitas, tapi kejahatan manusia adalah sebuah entitas. Setan melambangkan kejahatan ini. Ketika seseorang berkata bahwa Setanlah yg membuatnya melakukan kejahatan, sesungguhnya yg ia maksudkan adalah ia menyerah pada natur dasarnya. Semua orang memiliki sifat-sifat yang mulia dan sifat-sifat yang hina.
Al-Qur'an memberikan informasi mengenai pengertian Setan dalam Surat An-Nas: "alladzi yuwaswisu fi shudurin-nas, minal-jinnati wan-nas" (Setan adalah pengaruh-pengaruh buruk dalam hati, yg datang dari JIN dan Manusia). Jadi, Setan bukanlah makhluk atau wujud, melainkan Sifat-sifat atau pengaruh-pengaruh buruk dalam hati yg didatangkan dari manusia-manusia dan golongan JIN yg menginginkan keburukan.
Hanya orang TOLOL BIN DUNGU yg meyakini bahwa SETAN itu wujud atawa makhluk, apalagi arwah gentayangan. Setan itu sifat; sifat-sifat yg dipandang negatif secara agama, norma, dan etika sosial. Adapun Pocong, Genderuwo, Memedi, Uka-uka, Wewegombel, Sundel bolong, Suster ngesot, Kuntilanak, Jelangkung, Vampir, Zombie, Sadako, Drakula, itu semua bukan SETAN, melainkan sosok-sosok fiktif buatan sutradara2 kampungan.