Saya setuju bahwa Islam hanya menghendaki sistem khilafah, yaitu sistem satu pemerintahan dunia yg dipimpin satu orang khalifah, dengan Al-Qur'an & Hadits sebagai sandaran hukum & perundang-undangan (Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwah). Sistem itupun sudah dijanjikan Rasul akan kembali setelah lengsernya sistem pemerintahan diktator totaliter (Mulkan Jabbar) yang spiritnya merasuk pada sistem demokrasi terpimpin & dinasti kerajaan.
Masalahnya, mayoritas negara-negara di bumi ini sekarang sedang menganut sistem demokrasi, yaitu konsep politik yang berpijak pada hukum suara terbanyak; hukum musyawarah manusia; vox populi vox dei; hukum kafir; hukum yang dianggap musyrik oleh kaum fundamentalis. Dan Indonesia sedang terjebak di dalamnya.
Lantas ketika panji hitam khilafah bertuliskan La ilaha illallah belum berkibar, dan semua kita sedang berada di tengah hegemoni demokrasi, apakah kita hanya diam saja menyaksikan kebijakan negara dimainkan oleh wakil rakyat yang jauh dari moral agama, lalu kita golput? Kalla... itu bukan solusi kongkrit bro...
Dalam sejarah, khilafah juga pernah menjadi masalah bahkan sumber kerusakan umat, ketika sang khalifah zalim. Dalam sistem khilafah, penguasa/khalifah memiliki otoritas yang sangat besar. Sistem semacam ini memiliki keuntungan: cepat baik jika khalifahnya baik, dan cepat rusak jika khalifahnya rusak. Ini berbeda dengan sistem demokrasi yang membagi-bagi kekuasaan secara luas.
Golput boleh-boleh saja, bukan perkara kriminal. Cuma saya lebih memilih menyalakan sebuah lilin daripada mengutuk kegelapan, saya memilih terlibat memperjuangkan kemenangan parpol yang mengusung wakil rakyat yang akan mewarnai kebijakan undang-undang dengan moral agama.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika demokrasi di Indonesia dimenangkan oleh parpol yang mengusung wakil rakyat yang jauh dari nilai agama, dekat dengan hawa nafsu. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kelak polwan dilarang memakai jilbab, atau mungkin siswa SMA tidak boleh berkerudung sebagaimana dulu pernah terjadi pada masa orde baru.
Apa yang bisa kita perbuat jika hanya menunggu khilafah tegak, sementara setiap hari anak-anak kita disuguhi tontonan-tontonan TV yang tidak berkualitas karena kebijakan undang-undang penyiaran dikontrol oleh orang-orang yang sembrono.
Apa yang bisa kita perbuat ketika negara kita dipimpin oleh presiden yang pro-zionis, pro-kepentingan barat, menjadi budak "negara super power", tak punya harga diri, tak punya nyali membela saudara-saudara muslim yang dibantai di Mesir, Palestina, Suriah, Afrika Tengah, Rohingya, Thailand, dll.
Apa jadinya kita hidup di tengah masyarakat yang merestui lokalisasi prostitusi, melegalkan pernikahan sesama jenis, membiarkan generasi muda bebas bergaul, tidak ada aturan moral yang ketat yang mengatur itu semua.
Dalam konteks demokrasi, saya tidak mau menjadi buta politik sebagaimana yang dijelaskan oleh penyair Jerman Bertolt Brecht:
"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional."
Saya suka dengan Quotenya tokoh Gontor, Hamid Fahmy Zarkasyi (ketua MIUMI):
"Jika anda tidak mau ikut pemilu karena kecewa dengan pemerintah dan anggota DPR, atau parpol Islam, itu hak anda. Tapi jika anda dan jutaan yg lain tidak ikut pemilu maka jutaan orang fasik, sekuler, liberal, atheis akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik meskipun hasilnya belum tentu sebaik yang engkau inginkan."
So... sambil menunggu cahaya khilafah menyinari jagat raya, saya memilih menyalakan sebuah lilin di tengah kegelapan demokrasi. Saya akan menunggu khilafah 'ala minhaj an-nubuwah yang akan membawa kehidupan ini minazh-zhulumat ilan-nur sambil mendukung manusia-manusia mulya yang memperjuangkan nilai-nilai moralis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui perahu demokrasi, insyaAllah. .