Ia berdiri disudut gelap menahan resah, menjadi luka menganga berbunga sakit melilit dalam relung hati retak dalam angan mengalir dalam pikir, lalu meminta dan bertanya. Kenapa cahaya tak lagi Indah? Dan manusia lebih memilih gelap meski harus berkorban jiwa dan melupakan cinta.
Ketika 'buruk' bertopeng elok menutupi hal 'baik' lalu pekerti tak lagi menawan dan orang-orang lebih teratik pada dosa. Saat itu siapa yang harus disalahkan? saat bayi-bayi tidak lagi lahir dari rahim ibunya tapi zaman yang memaksanya membuka mata dan hidup didunia yang gelap gulita..
Tak ada lagi lukisan indah yang berkisah tentang iman, atau cerita tentang manusia-manusia shaleh yang menyandarkan hidupnya di jalan tuhan bukan hanya mengharap surga tapi cinta dan ridha-Nya lebih utama.
Malaikat yang gelisah, menunduk letih dalam nafasnya yang masih terbungkus resah hingga beratnya beban itu menjelma air mata. Ia menatap si kecil yang tak beribu menatap masa depannya yang tak berayah, lalu jawaban apa yang harus diberikan ketika ia tahu ia lahir dari nestapa.
Malaikat yang gelisah, berpilu sendiri dibawah menara masjid yang ditelantarkan pemiliknya, haru itu kian timbul membumbung tinggi lalu berjelaga. Dalam letupan hati yang cemas, masih ada sederet senyum meratakan kembali puing-puing sendu karena selamanya gelap tidak akan mengalahkan cahaya.