Anda adalah istri seorang presiden sebuah negeri dengan nama Republik Arab Mesir yang memiliki sejarah peradaban agung. Namamu harum semenjak Nobel “International Peace Prize” di raih tahun 1988 atas peran besar menggelindingkan spirit toleransi manusia di tanah air, liga arab dan dunia internasional sebagai konsekuensi usaha yang diusung lewat gerakan cinta buku.
Dunia liga arab menjadi budak pusaka motivatifmu yang kesohor “Al-Qira`ah Lil-Jami’” (Reading For All). Semuanya tunduk di bawah spanduk-spanduk yang berderet di jalanan. Dan sungai Nile, mengalir subur dengan “Maktabah Usrah”mu. Ya, atas nama “Pustaka Keluarga”, Anda telah membuka ladang jasa, kerja, bisnis, pahala dan terutama ilmu. Sebuah lahan empuk untuk menanam buah pena para penulis dahulu, kemarin, dan sekarang; pilosof, sastrawan, insan cendikia, pemikir, putera daerah, bangsa atau karya luar. Kini, berapa banyak kepala manusia yang sudah dituang-jejali buku-buku cetakan pustakamu? Berapa pahala yang di gondol? Sungguh mulia visi Anda, Ibu. Menjadikan generasi bangsa terbiasa bermain dengan buku-buku.
Buku-bukumu membuat betah. Pilihan macam serial pustakamu; sastra, pemikiran, seni, sosiologi, teknologi, dan turats (klasik) digandrungi massa dewasa. Ada bermacam panorama disana; sejarah, saint, karya inovatif, disiplin ilmu teoritik dan lainnya. Sementara untuk kanak-kanak, pustakamu menyediakan serial khusus. Jempol bagimu, Ibu. Ah, belum cukup kalau hanya jempol, mungkin di tambah angkat topi dan menunduk.
Tiap bulan, minggu bahkan hari, tak mau ketinggalan update-an pustakamu. Tinggal merogoh saku, tak terlalu menguras, tapi relatif. Rugi rasanya jika dalam seminggu telat membeli buku-buku itu. Dikarenakan buku-bukumu, sampai rela prioritas belanja dikorbankan.
Buku-bukumu yang serial turats, bisa dimanfaatkan untuk referensi makalah, rujukan kritis diskusi dan bahan curhat harian di blogspot. Dan serial lain, bisa dicicipi untuk memperluas planet magis benak. Karena nge-fan, lemari pustaka pribadi didominasi oleh buku-bukumu. Lemari ukuran 2x2m. belum cukup menampung.
Sempat terlintas, bagaimana jika tidak sampai bisa melanjutkan studi minimal sampai pasca sarjana di negerimu? Berapa banyak buku-buku menarik selanjutnya yang dimubazzirkan? Sebetulnya bisa disiasati dengan memesan siapapun yang masih studi di negerimu untuk mengirimkannya ke negeri balik. Tetap, menikmati pilihan buku-bukumu dengan tangan sendiri adalah kepuasan.
“Al-Qira`ah Lil-Hayat” (Reading For Live)
Ini dia, satu motto lagi yang sering dijumpai di terowongan Metro Anfaq tertulis dalam baliho tembok. Hingga pada tahun 2009, kalimat jitu itu ditambah satu ungkap lagi, “Mishr al-Salam” (Egypt is The Regard)
Membaca adalah tahap awal dan perangkat penting untuk menyelami intelektual. Sekumpulan larik kata penyumbang unsur aktif membentuk peradaban. Benar ungkap sekapur sirih dalam buku-bukumu, Ibu. Pendahulumu berwasiat pada putranya: “Wahai anakku, simpanlah hatimu di balik buku-bukumu! Cintailah buku-bukumu sebagaimana kau mencintai ibumu!”
Besar jasamu untuk negeri ini, Ibu. Sudah! terlalu panjang memuji. Kurang baik dan memang tak baik. Bila ibu tak rela disanjung-sanjung, ambillah segenggam pasir dan lemparkan ke mukaku! Mohon perkenankan, satu lagi rasa kagum untuk sampul belakang buku-buku Ibu. Senyum manis ramah potret ibu, kerap mata tak berhenti memandang tertegun. Dan satu takjub untuk rambut Ibu yang bersinar, apakah sama seperti terangnya lampu Thomas Alva Edison?