Fanatisme ideologislah penyebab dominan meledaknya peperangan di setiap latar kosmos. Perang yang secara purba dimaknai pertikaian bersenjata, dalam wilayah filosofis merupakan sifat dasar manusia sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi.
Sejarah telah mendiktekan bahwa ribuan perang dengan heterogenitas motif telah menggelegar dalam lingkup makro di setiap penjuru dunia dan lingkup mikro pada setiap diri individu. Terlampau banyak buku-buku yang mendeskripsikan kisah-kisah perang sehingga siaga membuat obesitas rak-rak perpustakaan sekaligus menggemukkan sikap pembaca.
Fakta dan data sejarah menyimpulkan bahwa setiap negara di kulit bumi ini tidak ada yang tidak pernah mengalami peperangan terkecuali segelintir seperti Thailand si Negeri Gajah Putih. Adapun perang antar komunitas atau etnis tentunya berlaku disetiap daulat. Pun setiap individu jelas sering mengalami perang batin dalam dirinya. Detik ini pun aku sendiri sedang berperang walau sebenarnya ingin menyerah melambaikan kain putih dengan alasan manusiawi dan kebebasan.
Manusia sejak awal penciptaannya dibebani musuh-musuh yang mengalir dengan sendirinya dalam tubuh yang dikenal sebagai ego dan nafsu. Atau musuh itu bersumber dari pihak asing sebagai parasit yang kesohor dengan sebutan Syetan. Untuk membuat kikuk musuh-musuh tersebut, manusia dibekali logika dan etika sebagai anugerah agung yang akan mengarahkan pada jalur-jalur perdamaian.
Adalah geram memiliki musuh dalam diri. Adalah Be-Te berurusan dengan musuh. Namun demikian, adakalanya sesuatu yang dibenci mempunyai konsekuensi positif, dan adakalanya sesuatu yang disukai berujung negatif. Pada akhirnya, aku harus rela mengangkat senjata atas dasar ideologi dan idealisme yang sedang diusung demi peperangan ini. Perang apakah itu? ala wahuwa Perang Melawan Hawa Nafsu alias puasa tea geuning.