Sejak tengah Desember 2009, gak lagi gawe di toko es krim, cuti. No problem, masih aktif ngedistribuisin kue-kue Baraka Catering ama kuli mingguan di Obanez House. Frekuensi belajar diktat kampus pengen lebih ditingkatkan, coz satu bulan lagi ujian, musti fokus.
Di awal januari, kebingungan setengah mati. Kudu punya duit buat ngurusin kelangsungan hidup. Gaji kerja di toko es krim dah habis pake bayar flat Desember kemarin. Itu pun telat. Seperti biasa diomelin si Mamah (panggilan buat Ibu yg punya Apartemen). Di tengah bulan, baru bayar, semestinya gak boleh lewat dari
tanggal 5 tiap bulannya.
Subuh hari, tanggal 5 januari 2010, belum pegang duit. Di awal pagi, nguber ke rumah temen-temen nyari pinjaman (Hahhh?). Butuh ₤ 350 (± $70) buat bayar flat, rusum (tahunan kampus), memperpanjang visa ama beli diktat. Belum beli diktat? Padahal ujian tinggal menghitung hari.
Pagi masih gelap. Langkah pertama menuju rumah Ustadz Endang Lc. Ada si Irul asyik baca buku, sementara Syahilal kawan sekamarnya khusyuk muraja'ah hapalan Al-Qur`an. Laptop si Irul nganggur, tarik saja. Masukin flash disk, ngelanjutin tulisan tentang poliglot.
Ada demonstrasi di Lambung, perut keroncongan. Masih ada kerupuk oleh-oleh haji, digoreng. Si Irul 5 hari yang lalu baru balik dari Saudi, hajian. Krupuk dicolekin ke saus. Mantap, pedas-pedas sueger. Rame-rame makan krupuk.
Rupanya Irul bergegas mau ke Kairo, ngurusin legalisir Syahadah Lc (elsi)-nya. Belum sempet ngutarain maksud kedatangan ke rumah itu. Lanjut, masih ada kawan lain yang bisa dilobi. Hasilnya "Anda belum beruntung". Ke sana nahal, ke sono nohol. Ke sini nihil. Puyeng.
Sore hari balik ke flat. Ngurung diri di kamar. Lama-lama bete, cemas dan sedikit was-was, rasa di kejar kura-kura (!#@$+%^&*=?). Ogah diomelin si Mamah lagi.
Beker menunjukan pukul 11 malam. Tubuh gemeteran. Baru nyadar, dari pagi baru makan kerupuk ama saos. Saku celana diraba, cuma ada 1 pound + bariza (125 Piastres). Beli makanan pun kurang mengenyangkan. Mending jalan ke rumah kawan di komplek Abaza (Mustasyfa Gam'ah) nyari gretongan.
"Hatruh fein? (mau kemana)" tanya Said; orang Mesir satu flat.
"Mustasyfa (Rumah Sakit)", sambil pake sepokat.
"Mustasyfa Seidnawi wa la Mustasyfa Gam'ah? (Rumah Sakit Seidnawi atau Rumah Sakit kampus)" tambah Sa`id yang udah berjam-jam baca buku di Sola (ruang tengah)
"Mustasyfa Gam'ah"
"fih had `ayyan henak? (ada yang sakit?)"
"ohh.. ay na`am ( gitu deh)"
Sepertinya Sa`id yang kuliah di Zagazig University, jurusan Handasah Mi'mari (Teknik Sipil) mengira mau ngelayat orang sakit, padahal mau kunjung ke kawan yang flatnya dekat Rumah Sakit kampus. Lagian emang bener kan di Rumah Sakit ada orang sakit?
Ongkos Tramco 35 Piastres. Duit ada 125 Piastres. Masih ada sisa 75 Piastres lagi, lumayan beli kopi Mix buat begadang.
Wiwiwiwiwiwiwit... Suara bel rumah berkicau.
"Assalamu`alaikum"
"Eh kamu, ....Wa`alaikum salam, malam-malam gini darimana?" ramah Ustadz Doni asal Riau, mahasiswa Pasca Sarjana "Darul Ifta plus America Al-Maftuhah University.
"Gak dari mana-mana, dari rumah"
"Di dapur ada bakso, tadi sore kami buat bakso"
Belum sempet ngomong "saya lapar", beliau dah nyosor duluan nawarin makan. Mujur, memang mujur.
“Ohh ya.. kebetulan lapar”
“Ngambil sendiri ke dapur ya!, ana mau lanjut tidur, Subuh harus ke Kairo, ngampus. Kalau Antum begadang, bangunin ana sebelum adzan Subuh ya!"
"Insya Allah Ustadz"
Alhamdulillah, yang demo udah berhenti.
8 januari, pagi buta.
“Ada lebih gak? Boleh pinjam?”
“berapa?”
“200 pound” (padahal butuhnya lebih dari itu)
“Kalau 50 ada”
“Gak apa-apa, loemayan daripada Loe Manyun” (Loe-nya ke gW)
Berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa, pagi itu bisa megang ₤ 50 dari "Al-Qur'an Berjalan".
Karena ingin sarapan, pagi itu beli Dorayaki ¼ kg. dan 2potong roti.
Siang hari, saatnya mencari tambahan. Namun sampai sore tak kunjung dapat.
Merehat di flat. Jam 12 malam, lagi-lagi sadar, ada yang nyanyi keroncong dalam perut. Dari pagi baru makan 2 potong roti. Kali ini gak usah cari gretongan di luar. Ada ¼ kg. Dorayaki di tas yang belum dimakan subuh tadi.
9 Januari. Pusing. Rencana ba’da Subuh mau curhat di Microsoft Word. Di jalan dihadang si Roy.
“Mampir lah ke rumah! Kita minum teh”
“Ane mau ke Rumah si Nano”
“Ke sini aja dulu! Si Nano masih wiridan di Masjid”
Masuk kamar si Roy. Suasananya memang laen. Bau sastra. Bergeletakan buku-buku yang sedang ia baca.
Sambil golek-golek, Roman “Rumah Kaca” Pramoedya Ananta Toer dibuka-buka.
“Nih…!”
“Busyet, loe punya “Ma`alim Fit-Toriq Sayyid Qutub?”
“Seenggaknya, kalo ditangkap bisa jadi bukti” Pernyataan rasional dari seorang Mahasiswa Pasca Sarjana Al-Azhar University juruan sastra.
Si Roy ke belakang. Dari buku-bukunya yang berjajar, terdapat “Mein Kamf” Adolf Hitler. Busyet nih bocah. Dilahap juga tuh buku.
“Dapet dari mana loe “Mein Kamf”?
“Dari Kairo”
“Ohh.. bukan dari toko depan Bank Faysol Muntaza?”
“Bukan. Emang di sana ada?”
“Ada, dua bulan lalu gW umpetin. Gak tau sekarang masih ada atau nggak.”
“Buku keren, sayang lay-outingnya kurang. Kalau mau baca-baca, bawa aja!”
11 Januari. Duit belum kumpul. Yang adapun (yang 50) malah ludes dibayarin utang, terdesak. Ada bantuan dari Takaful (subsidi) DPD buat motokopi diktat, loemayan lagi daripada loemanyun lagi. Yang penting ada pegangan bacaan buat ujian.
Sepulang dari ngopi diktat, siang hari, ketemu si Mamah di pintu Apartement. Habis pulang dari Rumah Sakit katanya.
“Kunta fein Yabni? Hatidfa’ igar wa la musy hataskun tsani syahr gai? (dari mana aja, nak? Mau bayar sewa atau bulan depan mau pindah?)”
“Malesy ya Mama, ma indi fulus. Haati li furshah yawmain! Agib lak fulus (maaf bu, belum ada duit. Beri kesempatan 2 hari, nanti saya bayar)”
“Masyi, ba’thika furshah, Robbuna Yubarik fik (OK, saya kasih kesempatan, Good Bless You)”
“Da’watik, asyan imtihanat (mohon do'a untuk kelancaran ujian saya!)”
“Bit-taufiq wan-najah (Allah Pemberi Pertolongan, semoga sukses)”
Tanggal 13 belum ada uang juga. Distribusi kue-kue Catering akhirnya berhenti berhubung yang punya perusahaan konsentrasi kuliah di Kairo. Pun kuli di Obanez House, yang punya Home Industri sibuk persiapan ujian. Asli gak tenang baca buku. Tiap saat kepikiran si Mamah terus.
15 Januari, satu hari menjelang ujian, gW nyamperin rumah si Roy nyari 'ilham'. si Roy mengulurkan saran agar gW silaturahim ke Pendekar Yana (panggilan pribadi buat Suhu Thifan Po Khan Tsufuk Lanah Mesir; Yana Heriana). Solusi kongkrit lumayan bijak akhirnya turun juga. Dan, 18 jam menuju imtihan si Mamah tersenyum, sedangkan gW empot-empotan ngadepin diktat-diktat yang masih suci belum ternodai. Apa yang telah terjadi, sedang, akan dan tak akan pernah adalah atas Qudrah dan Iradah Sang Maha Kongkrit. Prikitiwwwww....