Terima kasih Malaysia telah mengajari kami menghargai budaya bangsa kami sendiri (batik, reog ponorogo, rasa sayange, dsb). Apabila tanpa pengakuan kalian, Negara kami tidak akan pernah menghargai Budaya sendiri karena pemudanya disibukkan dengan kebanggaan Budaya Asing. Terima kasih Malaysia telah menyediakan ribuan lapangan pekerjaan untuk TKI disaat kami tidak bisa menyediakan lapangan kerja yang layak bagi saudara-saudara kami (Semoga Joint Task Force (JTF) atau Satuan Tugas Gabungannya signifikan). Terima kasih Malaysia telah memberikan tontonan yang mendidik bagi anak-anak kami (Upin-Ipin) disaat TV kami sibuk memberikan tontonan yang tidak layak dan tidak mendidik. Terima kasih Malaysia karena telah memberi kami pelajaran arti sebuah sejengkal tanah Negara Kesatuan (daerah perbatasan, Sipadan Ligitan, dsb). Mungkin tanpa kalian, pemerintah kami tidak akan pernah memperhatikan nasib-nasib daerah perbatasan dan saudara kami di perbatasan. Terima Kasih Malaysia telah memberikan kami pelajaran arti sebuah kegagalan, arti tidak meremehkan lawan, menerima kekalahan dengan sportif, mengakui kemenangan lawan dengan jantan, arti sebenarnya sebuah pertandingan (AFF & SEA Games) walaupun harus dibayar malah dengan korban nyawa (turut berbela sungkawa). Kita terlalu bangga dengan anggapan bahwa Malaysia dulunya belajar dari Indonesia. Tapi jaman sudah berubah, Pak Guru yang cuma tamatan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Indonesia memiliki murid Malaysia 30 puluh tahun yang lalu, sekarang Pak guru masih menjadi Seorang Guru yang mulia tetap dengan pendidikan SPG-nya dan sang murid telah meraih gelar Doctor-nya bahkan jadi seorang Profesor. Kita seharusnya banyak belajar dari Malaysia. .