Sepatu ceper Converse. Celana Jeans millenium ngepas. Baju ngetat belang putih coklat lengan panjang. Sal abu-abu melilit leher. Rambut kecoklatan agak panjang melintir di belakang. Diktat kampus di lengan kanan. Tangan kiri berkeliaran membenahi bagian penampilan yang kurang sip. Lelaki itu menanti angkutan umum di halte Mansheet el-Salam.
Tramco setengah kosong tiba. Orang-orang berebut naik. Lelaki itu duduk di bangku depan. gW dapet di samping kanan dekat kondektur.
“Sepertinya ada yang ganjil”.
Lututnya dirapatkan, sementara
kelingkingnya sedari tadi mengacung. Dugaan gW semakin kuat.
“Baru kali ini nemuin (dengan tidak mengurangi rasa hormat dan merendahkan harkat martabat) bencong Mesir. Dikirain gak bakalan ada, rupanya hari ini ditakdirkan seangkot ama tuh jenis”.
Ngemeng-ngemeng soal “uwa ria” nih yaw (wadowww ketularan logatnya nih), jadi pengen nulis ciri-ciri kata dalam bahasa arab yang bermuatan feminin ama maskulin. Dalam grammatikal arab, penggunaan nama untuk laki-laki dan perempuan (kagak untuk nama-nama non arab) bisa dibedakan pada huruf akhir dari kata tersebut. Lebih jelasnya, suatu kata diindikasikan perempuan atau sifat feminin jika pada ujungnya terdapat salah satu identitas sebagai berikut:
1. Ta’ Marbuthah ( ة ), yang jika dibaca waqaf /sukun, maka akan terdengar ponetik huruf “h”, seperti: فاطمة (Fatimah), سارة (Sarah), جنة (Jannah), سعيدة (Sa`idah), مطمئنة (Muthma`innah), شافعيّة (Syafi`iyah), مذمومة (Madzmumah), هداية (Hidayah), محجّبة (Muhajjabah) dll.
2. Alif Ta’nits Maqshurah ( َى ), yang ditulis setelah huruf berharakat (baris) fathah, atau yang kita kenal dengan sebutan “Alif bengkok”, seperti: ذكرَى (Dzikra), هُدَى (Huda), سلمى (Salma), أولى (Ula) dll.
3. Ta’ Ta’nits ( ت ) yang didahului padanan Alif = “ات”, yang merupakan Jama' Mu`annats Salim (bentuk plural feminin) dari kata-kata yang beridentitas diatas {Ta’ Marbuthah ( ة ) dan Alif Ta’nits Maqshurah ( َى )}, dan jika dibaca waqaf /sukun, maka akan terdengar ponetik huruf “t” seperti: جنات (Jannat), مسلمات (Muslimat), محجّبات (Muhajjabat), ذكريات (Dzikrayat) dll.
Adapun untuk kata yang gak didapati ketiga ciri diatas, maka jelas berarti maskulin, seperti سعيد (Sa`id), شافعيّ(Syafi`i), مسلم (Muslim), ذكر (Dzikr), محمد (Muhammad) dll.
Khusus buat point ke dua ama ke tiga, terdapat kriteria-kriteria khusus untuk mengidentifikasinya. Pembahasannya lumayan panjang ‘n agak meribetkan.
Terlepas dari kriteria poin dua dan tiga, dijumpai pengecualian atau mungkin bisa disebut fenomena bahasa, yaitu, ada kata feminin secara harfiyah, namun maskulin secara makna. Begitupun sebalinya. Supaya lebih jelas lagi, dalam buku “Rijalun Hawlar-Rasul” plus “Sahabiyat Hawlar-Rasul” karya sejarawan Khalid M. Khalid ama “Sirah Nabawiyah” Ibnu Hisyam bisa ditemuin nama-nama tokoh seperti: طلحة (Thalhah), حمزة (Hamzah), عبيدة (Ubaidah), رواحة (Rawahah). مسيلمة (Musailamah), المغيرة (Al-Mughirah), قتدة (Qatadah), أسامة (Usamah), هند (Hindun), زينب (Zaynab), سعاد (Su`ad), مريم (Maryam) dll. Juga kata sifat atau kata keterangan seperti: حائض (Ha`idh), طالق (Thaliq) dll.
Kalo di urai, secara diktif, kata حمزة (Hamzah) mempunyai ciri feminin, yaitu Ta’ Marbuthah ( ة ), namun secara maknawi kata tersebut merupakan nama bagi seorang Sahabat Rasul Saw. yang mendapat julukan Sayyidusy-syuhada (Pemimpin orang yang mati syahid); ialah paman Rasul Saw. yang syahid pada Ma'rakah Uhud. Fenomena seperti ini dalam gramatikal arab di sebut Sima`i (Auditik).
Pun kata حائض (Ha`idh) yang berarti menstruasi, gak nampak alamat feminitasnya. ia merupakan kata yang biasa disandarkan pada kaum hawa yang udah balig, dan dalam kaidah bahasa arab, kata tersebut semestinya diakhiri dengan Ta’ Marbuthah ( ة ). Dalam dunia linguistik, kata-kata seperti Hindun, Zaynab, di atas di sebut Mu`annats Majazi (Feminitas implitis). Lagian, mana ada penisbatan kata haid buat laki. Bencong juga kagak haid (…. bego Loe). Nah kalo Huntsa (shemale: ing)? weleh, lom tau, musti riset, hehe…
Intinya, jika hanya berpatokan pada grammar, bisa-bisa setiap kata yang mengandung Ta’ Marbuthah ( ة ) diklasifikasikan ke dalam kategori feminin dan yang nggak mengandung Ta’ Marbuthah ( ة ) adalah maskulin. Tapi, fenomena seperti ini sedikit dijumpai.
Teringat buku yang dipinjemin ke si Rama. "Qashidah Muwasysyahat" Ibnu Hajib. Isinya memuat kumpulan kata Mu`annats Majazi yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.