23 April 2013


Bagaimana kabarmu seharian ini, Rabi'ah..?
Maaf... aku baru menyapamu selarut ini.

Wahai Rabi'ah... engkau tahu betul bahwa semakin engkau tenggelam dalam berbincang-bincang dengan lawan jenis, hatimu akan semakin gersang. Semakin engkau asyik bersua dengan lawan jenis, pikiranmu akan semakin kalut. Semakin engkau bersenda dengan lawan jenis, alur hidupmu akan semakin tidak teratur. Rabi'ah sungguh tahu candu-candu yang akan mengganggu kekhusyuannya dalam mengabdi pada Tuhannya.

Rabi'ah.. Oh.. Rabi'ah... yang tadinya engkau seorang babu yang menghamba majikannya, kemudian engkau berubah menjadi wanita merdeka yang menghamba Tuhannya semata. Kau taruh cintamu total hanya untuk Tuhanmu, sehingga Hasan Al-Bashri pun tak sanggup mengganggu cintamu pada "Rabb"mu. Dan lelaki sekaliber Muhammad bin Sulaiman Al-Hasyimi; Gubernur Bashra yang kaya raya itu pun tak mampu membuat hatimu luluh.

Untuk menolak lamaran para lelaki yang tergila-gila, engkau tidak merusak paras cantikmu sebagaimana yang dilakukan oleh Naila gadis belia dari Syam itu. Engkau cukup menyepi diri dari keramaian. Bagimu cukup menghindar rayuan-rayuan hawa nafsu lelaki dan menepis godaan duniawi lainnya dengan semata mendekatkan diri pada cinta sejatimu; cinta langit, cinta abadi, cinta pada Tuhanmu.

Kemudian aku mendendangkan sebait syair kepada Rabi'ah tentang Ramlah:
"Tajulu khalakhilu an-nisa wala aro ... Liramlata khalkhalan yajulu wala qulba"

Tertegun Rabi'ah mendengar larik-larikku tentang Ramlah.
"Siapa pula itu Ramlah?" tanya Rabi'ah penasaran.

"Kecintaannya pada Tuhannya sama persis sepertimu, namun dia tak bercincin bergelang, tak beranting berkalung. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan wanita tuli, bisu, buta, cacat," jawabku.

"Ramlah tak punya muka, wajahnya rata," aku melanjutkan cerita.
"Hah..." Rabi'ah sontak heran, "maksudnya bagaimana, apa ia seperti Naila yang merusak parasnya itu?"

"Oh... tidak, Ramlah tak seperti Naila. Ramlah sebenarnya wanita cerdas yang dikaruniai fisik yang sempurna, namun ia enggan karunia Tuhannya itu menjadi bahan gangguan bagi para pria pada zamannya. Ramlah lebih memilih menutup tubuhnya dengan baju kurung yang ia kenakan sehari-hari. Tak pernah setitik anggota tubuhnya terlihat oleh pria manapun yang bukan mahromnya."

Pada akhirnya aku memberi Rabi'ah sebuah kisah tentang Fariha. Aku mengawali kisahnya dengan sebait puisi:

Aku ingin menyebutmu "bunga pagi"
Semerbak wangimu berhembus dibawa angin
Mimpi tentangmu pun tak pernah berhenti merasuki malam-malamku
Hati ini tak kuasa berbisik: aku ingin membersamaimu
Temani aku dengan senyummu yang manis
Maka ku bisikkan pada sepertiga malam,
Bahwa helus angin yang membawa semerbak bunga pagi itu
Ia sudah ada disini, di kota mimpiku.
Aku sedang menjemputnya
Melewati jalanan sempit berduri berbeling.

"Siapa itu 'bunga pagi'?" tanya Rabi'ah
"Dialah Fariha," jawabku
"Darimana kau mengenal Fariha?"
" Entahlah, mungkin Malaikat langit yang telah mendatangkannya kedalam hidupku?"
"Dia-kah yang terlukis dalam mimpimu sebagai bulan yang kau temui itu?"
"Ya, benar..."

Label:

posted by Kepinding @22.09 // 0 souls being nibbled


Home Page



WELCOME
to
BiLik Kepinding
_About_
  • Blog
  • Me
  • My Name
  • Sotoy Mode On
  • Ada Apa Dengan Sareupna
  • Dialektika Luqman
  • Hujan Dalam Al-Qur'an
  • Ketika Sastra Berpolitik
  • Korelasi Politik & Tasawuf
  • Positif Thinking
  • Memaknai Kata "Rokok"
  • Rupa Allah
  • Silaturahmi, Menyoal Etimologi
  • Sanggar Sastra
  • Tahun Kesedihan
  • Tentang Hari
  • Tentang Setan
  • Acak adut
  • Bangkit Itu...
  • Buta Politik
  • Gayus Tambunan
  • KTP Tanpa Kolom Agama
  • Malaikat Yang Gelisah
  • Manisnya Negeriku
  • Menciptakan Teroris
  • Model Manusia Ala Syafi'i
  • Mother Nature
  • Teko
  • Pemulung Sampah
  • Sesal Mahatma Gandhi
  • Pernyataan Sikap MUI Terkait Pemblokiran Situs Islam Online
  • Sahal Mahfudz
  • Terima kasih Malaysia
  • Qana'ah Aku
  • Angin Goeroen
  • Abu Nawas di DPD
  • Asparagus Vs Molokhia
  • Curi-curi Pandang
  • Domba = Embek
  • Feminin But Maskulin
  • Gembel Loba Bacot
  • Keroncongan
  • Maafkan Aku Tuhan!
  • Ninja Egypt
  • Paranormal St. Farouk
  • Perang Nyok !!
  • Reboisasi Tai Kebo
  • Sate Hijriyah
  • Tadabburrr
  • Ya Ahma... 3x
  • Ngigau DotKom
  • Aku Naluri
  • Aribieku
  • Berhentilah, Pak Tua
  • Berkasih
  • Bertarung
  • Biarkan Aku
  • Caliphate Itu
  • Globe Esok
  • Goblok Anakmu, Ibu
  • Intifadhah
  • Jas Apa?
  • Kelas Tambahan
  • Kudeta atau
  • Lelap
  • Madrasah Masa Depan
  • Malam Qadar
  • Mayday
  • Mendebur
  • Emansipasi
  • Menggeledah
  • Menghidu
  • Merasai
  • Monolog Sepi
  • Mumpung
  • Nomadic Chronicle
  • Pak Kumis
  • Paul et Verginie
  • Ramlah
  • Rongsok Senja
  • Sang Najmah
  • Sapu Lidi
  • Setak-setik
  • Terjegal
  • Terseret
  • The Stool Pigeon
  • Titip Peluk
  • Trotoar
  • Gemuruh
  • Aahh... 2020/1442
  • Bercakap Bersama Rabi'ah
  • Celoteh Demokrasi
  • Dialog Diri
  • Gigit Koruptor !!
  • Jalan Raya Kehidupan
  • Layar Listrik
  • Memaknai Rakyat
  • Menciptakan Teroris
  • Menikmati Demokrasi
  • Mrs. Suzanne
  • Prinsip Hidup
  • Polarisasi Media
  • Racau Terminal
  • Seragam SD
  • Surat untuk Pak Alwi
  • Teruntuk Adik
  • _Memoar_
  • Nurdin Bucek
  • Three Musketeers
  • Tragedi Jalan DAM
  • Ummu Alif
  • Galeri Koleksi
  • Dimana Pun Berada, Aku Akan Shalat
  • Inikah Kode Etik Perang Itu?
  • Kamar Bujang Goeroen
  • Perestroika
  • Tank Revolusi 25 Januari
  • Apa Kata Mereka Tentang Saya?
  • Kata Syahrul Fakhri
  • Kata Ramadhan El-Syirbuny